Inovasi Tidak Harus Selalu Disruptif

Oleh :
Tirta Puteri Lestari, 
Muhamad Pribadi

Inovasi Tidak Harus Selalu Disruptif
Foto: Digital Bunggu

Dua dekade kebelakang inovasi disruptif menjadi perdebatan dalam dunia bisnis. Stigma kebanyak orang tentang bisnis dewasa ini ialah tentang agresi dan ketakutan: mengalahkan persaingan, mencuri pangsa pasar, menghancurkan atau dihancurkan. Inovasi kerapkali dipandang sebagai sesuatu yang disruptif oleh publik. Dan publik beranggapan bahwa inovasi dapat berpotensi mengganggu atau mendisrupsi suatu pasar dan hal ini memberikan dampak yang cukup menyakitkan di masyarakat. Namun ketakutan-ketakuan tersebut membiaskan satu fakta penting mengenai suatu inovasi bahwa :

"Inovasi tidak harus selalu disruptif."

Miskonsepsi Inovasi dan Disrupsi

Berdasarkan konsep inovasi disrupsi yang dikemukaan oleh Joseph Schumpeter, inovasi disruptif ialah inovasi yang menciptakan pasar baru, bersifat mengganggu atau merusak pasar yang sudah ada, pada akhirnya menggusur pasar yang ada. Seperti halnya orang-orang yang lebih memilih berlangganan Netflix dibandingkan menyewa DVD dari Blockbuster hingga akhirnya mendisrupsi pasar rental DVD. Atau orang-orang yang merespon baik kemunculan Transportasi Online yang mendisrupsi sebagian besar pekerja transportasi umum seperti angkutan umum (Angkot), taxi dan juga ojek. Kemunculan Netflix dan Transportasi Online ini merupakan contoh bagaimana suatu inovasi dapat bersifat disruptif.  Disrupsi menampilkan secara jelas bagaimana pertukaran posisi antara pihak yang menang dengan pihak yang kalah. Meskipun disruptor dinobatkan sebagai pemenang di media, para pembeli dan para investor yang berbondong-bondong mengincar, dibalik euforia dan juga kemewaan dari disrupsi ini memaksa adanya penyesuaian biaya yang menyakitkan bagi masyarakat.

Dari kedua contoh kasus tersebut, bukanlah sesuatu yang aneh jika masyarakat terkadang masih berpadangan skeptis terkait dengan inovasi dan berfokus pada hal-hal yang dianggap dapat menggaggu atau bahkan menghancurkan suatu pasar. Padahal jika dilihat dari perspektif lain, inovasi dapat menciptakan pasar baru. Ini menunjukkan adanya potensi besar untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan yang baru, hal ini tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa adanya pihak yang merasa dirugikan atau terdisrupsi, hal inilah yang disebut dengan inovasi non-disruptif.

Inovasi Non-disruptif : Alternatif untuk Terus Berkembang

Opini umum yang mengatakan bahwa disrupsi adalah satu-satunya jalan menuju inovasi perlu dipatahkan. Inovasi yang menciptakan pasar tidak selalu harus bersifat disruptif. Faktanya, ada banyak contoh penciptaan yang tidak mengganggu yang memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, pekerjaan, dan kesejahteraan masyarakat.

Sebagai contoh mikro finansial, yang telah mengubah kehidupan masyarakat yang kekurangan dalam segi ekonomi di dunia dengan menyediakan layanan keuangan bagi mereka yang sebelumnya dianggap sebagai peminjam yang tidak layak. Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank, memelopori keuangan mikro, yang memungkinkan setiap orang untuk menciptakan bisnis mikro dan meningkatkan standar hidup mereka. Inovasi yang tidak mengganggu ini telah menjadi industri bernilai miliaran dolar dengan tingkat pengembalian pinjaman 98% dan potensi yang luar biasa untuk pertumbuhan di masa depan.

Sesame Street, program televisi anak-anak yang digemari, juga menjadi contoh inovasi non-disruptif. Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi televisi, Sesame Street menciptakan sebuah industri baru yang dikenal sebagai edutainment untuk anak-anak prasekolah. Acara yang inovatif ini mengajarkan anak-anak keterampilan penting sambil menghibur mereka, tanpa menggantikan lembaga pendidikan formal atau keterlibatan orang tua. Saat ini, edutainment prasekolah adalah industri bernilai miliaran dolar dengan jangkauan global, yang meningkatkan pendidikan anak usia dini di seluruh dunia.

Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa inovasi yang non-disruptif dapat mengarah pada pembentukan industri baru, pertumbuhan, dan menciptakan lapangan kerja tanpa menyebabkan kerusakan pada pasar, pemain, atau pekerjaan yang sudah ada. Dengan menempuh jalur alternatif menuju inovasi ini, bisnis mampu membuka potensi besar untuk kemajuan ekonomi dan masyarakat.

Inovasi Non-disruptif dan Perkembangan Industri

Era Industri 4.0 menekankan pentingnya pengembangan inovasi non-disruptif di masa depan. Kemajuan dalam AI, smart machines, dan robotika secara signifikan mengubah keaadan dan secara bertahap menggantikan banyak pekerjaan manusia yang ada. Studi memperkirakan bahwa mesin pintar saja dapat menggantikan sekitar 20 juta pekerjaan manufaktur di seluruh dunia dalam satu dekade, termasuk lebih dari 1,5 juta pekerjaan di Amerika Serikat. Selain itu, berbagai industri, termasuk hukum, kedokteran, akuntansi, real estat, dan jurnalisme, juga berisiko kehilangan sebagian besar (20% hingga 40%) pekerjaan mereka karena teknologi seperti AI, blockchain, 3D printing, robotika, dan otomatisasi.

Untuk menangani tenaga kerja yang terdampak oleh perubahan ini, peluang kerja baru perlu diciptakan. Hal ini menjadi suatu tantangan bagi perusahaan, pemerintah, dan masyarakat untuk mengembangkan pasar baru tanpa menggusur pasar yang sudah ada. Kebutuhan ini merupakan keharusan ekonomi dan moral, yang semakin menekankan inovasi non-disruptif.

Inovasi yang non-disruptif bukanlah satu-satunya jawaban atas tantangan yang kita hadapi; solusi lain juga diperlukan. Namun, inovasi non-disruptif memainkan peran penting dalam menjawab tantangan-tantangan ini dan harus menjadi bagian dari solusi yang komprehensif.

Karakteristik dari Inovasi Non-disruptif

Dampak kreasi non-disruptif dapat dibedakan dari dampak disrupsi pada tiga tingkat. Tingkat mikro berfokus pada organisasi individu, tingkat meso pada kelompok atau interaksinya, dan tingkat makro pada ekonomi atau masyarakat.

LEVEL
Disrupsi
Non-disrupsi
MIKRO
Perkembangan yang menggatikan atau mengekspansi pasar yang sudah ada
Perkembangan yang membuat suatu pasar atau industri yang baru
MESO
Adanya pihak pemenang dan pihak kalah
Pemenang : disruptor dan konsumen
Kalah : perusahaan yang terdisrupsi dan pekerjanya
Menghasilkan hasil yang positif
Pemenang : pelaku non-disruptif dan konsumen
Kalah : tidak ada
MAKRO
Menimbulkan penyesuaian biaya sosial dari bisnis yang terdisrupsi, pekerjanya dan pihak yang dirugikan.
Pekembangannya jangka pendek dengan kerugian sosial, meskipun keuntungan ekonomi secara bersih berkembang secara positif.
Tidak menimbukan penyesuaian biaya secara sosial, karena tidak ada yang digantikan.
Keuntungan dalam perkembangan ekonomi dan adanya lapangan pekerjaan baru, tidak ada kerugian sosial.

Inovasi non-disruptif mencakup beberapa karakteristik utama yang membedakannya dari inovasi disruptif. Memahami karakteristik ini dapat membantu bisnis mengidentifikasi peluang untuk menciptakan inovasi yang menciptakan pasar tanpa menggunakan disrupsi.

  1. Kombinasi inovasi yang berbasis teknonolgi

    Inovasi non-disruptif dapat berasal dari teknologi baru atau yang sudah ada. Hal ini dapat bermula dari penemuan ilmiah atau terobosan teknologi. Namun, inovasi juga dapat hadir tanpa terobosan teknologi, melainkan mengandalkan kombinasi atau aplikasi baru dari teknologi yang sudah ada. Sesame Street, misalnya, memanfaatkan kekuatan televisi untuk menciptakan industri baru tanpa bergantung pada penemuan teknologi baru.

  2. Berlaku di Seluruh Wilayah Geografis dan Tingkat Sosial Ekonomi

    Inovasi non-disruptif melampaui batas-batas geografis dan tingkat sosial ekonomi. Terlepas dari apakah inovasi tersebut berasal dari pasar negara maju atau dari pasar yang berada di dasar piramida, inovasi yang menciptakan pasar memiliki potensi untuk memberi manfaat bagi semua orang dari semua lapisan masyarakat. Keuangan mikro, dan Sesame Street pada awalnya diciptakan untuk negara maju namun seiring berjalannya waktu, inovasi-inovasi tersebut telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai wilayah, yang menjangkau berbagai latar belakang sosio-ekonomi.

  3. Penciptaan Pasar Baru dan Kesempatan Kerja

    Aspek mendasar dari inovasi non-disruptif adalah penciptaan pasar dan peluang kerja baru. Inovasi-inovasi ini mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja tanpa merugikan industri atau pelaku usaha yang sudah ada. Dengan mengidentifikasi dan memanfaatkan kebutuhan pasar yang belum terpenuhi, bisnis dapat memanfaatkan pasar yang belum tersentuh, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.

Merangkul Inovasi Non-disruptif : Melengkapi Disrupsi

Inovasi non-disruptif menawarkan jalur alternatif untuk menciptakan inovasi yang menciptakan pasar, melengkapi disrupsi dan bukan menggantikannya. Dengan mengenali potensi besar dari kreasi nondisruptif, bisnis dapat mendiversifikasi strategi inovasi mereka dan membuka jalan baru untuk berkembang.

Terlepas dari manfaat disrupsi yang tidak diragukan lagi telah mengubah industri, disrupsi bukanlah satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Dengan merangkul inovasi non-disruptif, bisnis dapat menciptakan pasar baru, lapangan pekerjaan, dan pertumbuhan yang menguntungkan tanpa menyebabkan kerusakan sosial atau menggusur pemain yang sudah ada. Pendekatan ini memungkinkan adanya koeksistensi yang harmonis antara inovasi dan kesejahteraan masyarakat.

Singkatnya, inovasi tidak harus selalu disruptif. Inovasi non-disruptif memiliki potensi yang sangat besar bagi bisnis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat secara bersamaan. Dengan memanfaatkan jalur alternatif menuju inovasi ini, bisnis dapat membuka pasar baru, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan yang menguntungkan tanpa membahayakan industri yang sudah ada. Inilah saatnya untuk memperluas pemahaman kita tentang inovasi dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan yang ditawarkan oleh inovasi nondisruptif.

Artikel ini hasil diadaptasi dari artikel “Innovation Doesn’t Have to Be Disruptive” publikasi Harvard Business Review (https://hbr.org/2023/05/innovation-doesnt-have-to-be-disruptive)