Inovasi adalah ide yang mekar dan layu begitu cepat, kesuksesan suatu inovasi sangat bergantung pada penilaian yang akurat. Pertanyaannya, bagaimana kita dapat mengetahui apakah ide dan gagasan kita dapat diterima? Dan apakah ide atau gagasan yang kita tawarkan dapat berkembang di pasar yang sangat dinamis di era ini?
Di sinilah kebijaksanaan inovator menjadi sangat penting. Baik inovator yang berpengalaman maupun yang baru harus mampu mendapatkan nilai dari suatu ide dengan mencari pendapat dari sesama inovator dan pelanggan. Bayangkan seorang desainer yang penuh inspirasi merancang sebuah hardware. Alih-alih hanya mengandalkan visi mereka sendiri, akan jauh lebih baik jika ada umpan balik dari sesama desainer dan juga  target audiens. Hal ini akan dapat memberikan saran dan pandangan masukan bagi mereka. Ketika kita berbagi pikiran dengan sesama desainer, mereka dapat memberikan kritik dan saran teknis serta hal lainnya seperti estetika yang mungkin tidak terpikirkan oleh kita sebagai desainer. Potensi kekurangan atau hal yang terlewatkan dari desain dapat teridentifikasi lebih awal.
Dan, ketika kita berkomunikasi dengan target audiens yang menjadi juri utama dari desain yang telah dibuat, mereka akan memberikan penilaian umum tentang desain tersebut. Audiens juga dapat menyampaikan kebutuhan mereka dan umpan balik ini membantu menyempurnakan desain agar benar-benar dapat beresonansi dengan kebutuhan mereka.
Namun, pertukaran pendapat dengan desainer maupun target audiens, bukan hanya tentang validasi, melainkan suatu kolaborasi. Dengan menggabungkan beragam perspektif, desainer dapat menyempurnakan konsep awal mereka, membuatnya lebih efektif, dan pada akhirnya meningkatkan probabilitas kesuksesannya. Pendekatan kolaborasi membatu para innovator untuk meningkatkan kemungkinan mencapai tujuan dan meningkatkan kualitas desain.
Selain mengenai kolaborasi, bagaimana dengan kualitas dari sebuah ide atau desain. Apakah Kualitas menjadi hal yang utama, Jawabannya, tidak selalu. Meskipun kualitas tentu diinginkan, pada kenyataannya, kuantitaslah yang menghasilkan kualitas. Tanpa adanya kuantitas tidak pernah didapatkan ide dan desain yang berkuliatas. Sebagai contoh, maestro terkenal dunia seperti Mozart, Beethoven, dan Bach mengejar kualitas dan kuantitas. Mozart menulis 600 karya, Beethoven 650 karya, dan Bach lebih dari 1.000 karya. Namun, di antara 50 karya musik klasik terbaik yang dipilih oleh London Philharmonic Orchestra, hanya enam yang digubah oleh Mozart, lima oleh Beethoven, dan tiga oleh Bach.
Dari sini dapat dilihat bahwa kuantitas dari suatu ide membuka pintu ke jalan yang tidak terduga, koneksi tersembunyi, dan penemuan yang tidak disangka-sangka untuk mendapatkan kualitas.. Kegagalan suatu ide bukanlah akhir, melainkan proses dari ide orisinal kita untuk terus mengalir sehingga memunculkan kombinasi baru dan meningkatkan peluang untuk menemukan permata itu sendiri.