Banyak orang berpikir bahwa untuk menjadi inovator yang sukses, diharuskan untuk berani mengambil risiko besar. Padahal, kenyataannya, para inovator justru sering kali menghindari risiko. Salah satu contohnya adalah Phil Knight, pendiri Nike. Knight memulai bisnisnya di tahun 1964, ketika dia masih bekerja full-time sebagai seorang akuntan. Dia tidak berhenti dari pekerjaannya sampai tahun 1969, sampai ketika Nike sudah mulai berkembang pesat.
Contoh lainnya adalah Warby Parker, sebuah perusahaan kacamata yang menawarkan harga terjangkau. Empat pendiri Warby Parker adalah seorang mahasiswa ketika mereka terpikirkan gagasan bisnis tersebut. Namun, mereka tidak berhenti dari studinya untuk menekuni bisnisnya. Sebaliknya, mereka menyeimbangkan antara studi dan bisnis mereka, kemudian mengelola kemungkinan risiko yang akan mereka hadapi secara efektif.
Â
Dari kedua contoh tersebut, kita dapat melihat bahwa para inovator sebenarnya menunjukkan, pola pikir ekonomi dengan menyeimbangkan risiko dalam portofolio mereka. Dengan kata lain, meskipun mereka mungkin berperilaku agresif di satu aspek, mereka juga mengambil tindakan pencegahan di aspek lain untuk mengimbangi risiko apa pun.
Hal ini akan memunculkan pertanyaan, apakah pekerjaan full-time akan menyita sebagian besar waktu dan energi inovator, untuk melakukan inovasi? Mungkin hal ini ada benarnya, namun pekerjaan full-time akan memberikan rasa aman secara psikologis pada satu aspek portofolio risiko inovator, sehingga mereka dapat sepenuhnya mencurahkan perhatian pada aspek lainnya.
Jika para innovator banyak yang menghidari risiko, lalu bagaimana dapat terciptanya suatu ide yang orisinil (Originals)? Dan apakah inovasi tidak perlu dilakukan dengan pendekatan yang berisiko? Tentu saja tidak. Risiko tetap diperlukan untuk inovasi, tetapi kita harus mengelolanya dengan bijak.
Bagaimana tentang ide yang orisinal?
Pertama-tama mari definisikan terlebih dalulu, seperti apa ide orisinalitas itu? Dan bagaimana sebuah ide orisinil bisa tercipta?
Suatu orisinalitas dimulai dari adanya suatu penolakan terhadap norma yang berlaku. Dalam hal orisinalitas terbagi menjadi dua kelompok kategori.
- Mereka yang berpegang teguh pada norma yang berlaku.
- Mereka yang berani untuk menjadi berbeda.
Hal ini dapat ditunjukan dalam pilihan kita terhadap browser internet. Penelitian ekonom Michael Housman menemukan bahwa sebagian besar pekerja layanan pelanggan menggunakan browser default, seperti IE dari Microsoft, dan berpikir dua kali untuk mencoba alternatif seperti Firefox atau Chrome. Tetapi menurut survei, mereka yang menggunakan alternatif lebih efisien dalam pekerjaan mereka dan dapat mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang sama dalam 90 hari kerja dibandingkan dengan 120 hari yang dibutuhkan pengguna IE.
Dan tanpa disadari, dalam kehidupan, kita sering memilih pilihan default atau norma yang berlaku tanpa menyadari bahwa mungkin ada pilihan yang lebih baik yang tersedia. Mereka yang memilih untuk mengikuti norma yang ada berpikir bahwa, jika memang begitulah dunia ini, maka yasudah begitu saja. Tetapi bukan berarti sesuatu yang sesuai dengan norma yang ada itu buruk. Terkadang hal tersebut dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih baik. Namun, jika menyangkut orisinalitas, penting untuk mempertanyakan norma yang sudah ada. Karakteristik yang menentukan dari orisinalitas adalah penolakan terhadap pilihan-pilihan standar dan eksplorasi alternatif yang lebih baik. Proses ini dimulai dengan keingintahuan terhadap norma, diikuti dengan keraguan yang mengarah pada percikan inovasi.
Sebagai contoh, Dave Gilboa, salah satu pendiri Warby Parker, dulunya berpikir bahwa kacamata itu mahal karena sifatnya yang medis, karena dia sendiri memiliki penglihatan yang buruk. Namun, saat sedang mengantri untuk membeli iPhone, dia mulai mempertanyakan mahalnya harga kacamata dan kurangnya inovasi dalam 1.000 tahun terakhir. Keingintahuan ini membuatnya mempertanyakan norma dan mencetuskan ide Warby Parker, yang bertujuan untuk menyediakan kacamata yang terjangkau dengan memotong monopoli perusahaan Eropa, Luxottica.
Dari sini dapat dilihat, bahwa inovasi tidak selalu identik dengan pengambilan risiko yang besar. Para inovator yang sukses justru sering kali menunjukkan pola pikir ekonomi untuk menyeimbangkan risiko dalam portofolio mereka. Mereka mungkin berperilaku agresif di satu aspek, tetapi juga mengambil tindakan pencegahan di aspek lain untuk mengimbangi risiko apa pun. Dalam konteks inovasi, orisinalitas merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Orisinalitas dimulai dari adanya suatu penolakan terhadap norma yang berlaku. Para inovator yang sukses sering kali memiliki keingintahuan dan keraguan yang tinggi terhadap norma-norma yang ada. Mereka tidak takut untuk mempertanyakan status quo dan mencari alternatif yang lebih baik.